Kamis, 27 Agustus 2020

 

KEGIATAN BELAJAR 

TEKNIK MENYUSUN NARASI MODERASI MELALUI MEDIA

 

A.  Pengantar

 

Di era revolusi industri 4.0, informasi sangat berkembang dengan cepat. Sayangnya penggunaan teknologi belum sepenuhnya dipakai untuk sesuatu yang positif konstruktif, tetapi serigkali digunakan untuk hal-hal yang kurang bermanfaat bahkan untuk menyebarkan berita bohong atau hoax. Agar informasi yang berkembang berkeseimbangan,  maka perlu melakukan kontra narasi informasi yang setengah benar atau bahkan hoax.

Maka dipandang perlu untuk membuat dan mempublikasikan narasi moderasi melalui media sosial online, agar informasi yang dikonsumsi oleh masyarakat adalah informasi yang bermanfaat dan benar adanya.

Penyuluh Agama memiliki peran strategis untuk menggunakan media online ini, dalam melakukan kegiatan bimbingan penyuluhan agama dengan membuat materi berupa narasi moderasi. Oleh karenanya maka pada kegiatan belajar ini akan dieksplorasi tentang teknik menyusun narasi moderasi yang dipubilkasi melalui media.

B.   Deskripsi Singkat

 

Mata diklat ini terdiri dari dua materi utama yaitu: (1) Analisis pemanfaatan media IT sebagai media penyuluhan. Materi ini dibagi lagi dalam dua sub materi yaitu: a) Internet sebagai sumber dan media penyuluhan agama; b) Mengenali beragam media sosial. (2) Penyusunan narasi moderasi berbasis IT. Materi ini dibagi lagi dalam dua sub materi yaitu : a) Pembuatan narasi moderasi; b) Publikasi narasi moderasi secara online.

 

C.  Tujuan Pembelajaran

 

1.        Kompetensi Mata Pelatihan:

a.  Pengetahuan: Peserta mampu menganalisis pemanfaatan media IT untuk penyusunan narasi moderasi

b. Keterampilan:     Peserta     mampu     menyusun     dan    mempresentasikan penyusunan narasi moderasi melalui media IT

2.       Indikator

Peserta diklat dapat Mempraktekkan Penyusunan Narasi Moderasi Melalui Media

 

D.  Uraian Materi

1.          Analisis Pemanfaatan Media IT

Teknologi yang diyakini akan memudahkan setiap urusan manusia, berkembang dengan pesat terutama dalam bidang informasi dan komunikasi. Teknologi informasi dan komunikasi (TIK) memberikan kemudahan dalam setiap aspek kehidupan manusia, termasuk dalam kegiatan dakwah dan kepenyuluhan.

Untuk itu membaca dan menulis melalui TIK sebagai dua aspek keterampilan tersebut, merupakan persoalan penting yang harus dikuasai oleh para penyuluh agama. Dua kemampuan yang menjadi dwi-tunggal ini diharapkan menjadi faktor pendorong utama keberhasilan penyuluh dalam menjalankan fungsinya.

a.          Internet sebagai Sumber dan Media Penyuluhan Agama

Penyuluh agama dapat memanfaatkan TIK untuk pencarian informasi di Google scholar atau google cendikia yang merupakan situs web yang dikembangkan google untuk memudahkan pencarian terkait artikel-artikel ilmiah. Dengan memanfaatkan mesin pencarian ini kegiatan membaca ilmiah lebih terarah dan pembaca dengan mudah dapat menemukan dan memilih teks bacaan sesaui dengan apa yang dicari. Melalui mesin pencarian ilmiah ini, pembaca tinggal memasukkan kata kunci layaknya dalam mesin pencarian biasa. Perbedaannya adalah artikel yang muncul secara otomatis merupakan artikel-artikel ilmiah sehingga pembaca dengan mudahmendapatkan informasi yang akurat. Selain itu, penulisnya jelas sehingga lebih dapat dipertanggungjawabkan dibandingkan artikel yang muncul dalam google umumnya.

Satu hal yang tidak boleh terlupakan adalah, pemanfaat TIK mebutuhkan kesadaran literasi, yaitu sikap ketika seseorang mendapat berita harus membandingkan dengan berita di media lain, memilah dan memilih media arus besar untuk dijadikan sebagai rujukan, mengolah untuk ditulis dan atau dishare ulang. Jangan lupa ketika akan meng-upload atau mem-posting narasi di media mencantumkan sumber dan pranala (link) asal berita.

Semakin berkembangnya manusia, berkembanglah pula ilmu pengetahuan dan teknologi di segala bidang. Itu semua mengharuskan manusia menyesuaikan langkah-langkah kerjanya jika ingin tetap relevan dan efektif. Saat ini, sistem Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) memberikan jangkauan yang luas, cepat, efektif, dan efesien terhadap penyebarluasan informasi ke berbagai penjuru dunia. Pemanfaatan TIK oleh para penyuluh agama akan dapat meningkatkan jangkauan objek kepenyuluhan melebihi cara-cara kepenyuluhan yang reguler selama ini.

b.         Mengenali Media Sosial

Pada era teknologi modern ini, jejaring sosial dapat menjadi sarana untuk melakukan aktivitas penyuluhan. Saat ini, dengan kecanggihan TIK, semua orang bisa berkomunikasi tanpa terbatas ruang dan waktu melalui jejaring sosial atau media social (medsos) seperti facebook, whatsApp, instagram, line, twitter, dan semacamnya. Terlepas dari apakah itu positif atau negatif, semua akan bergantung pada tujuan dan cara kerja si pengguna.

Jejaring sosial tersebut, jika dimanfaatkan oleh para penyuluh, maka akan dapat meningkatkan efektivitas kerja-kerja kepenyuluhan. Banyaknya informasi dan konten di medsos saat ini yang tidak bertanggung jawab, dapat diimbangi dengan informasi yang disampaikan para penyuluh agama. Saat ini, berbagai aplikasi medsos tersebut selain dapat dimanfaatkan sebagai media komunikasi penyampaian gagasan atau pendapat, juga dapat berperan sebagai media interaktif, sehingga sangat membantu bagi penyuluh agama dalam mengembangkan kerja-kerja kepenyuluhan.

Setiap platform sosial media memiliki fitur unik yang bisa dimanfaatkan untuk media kontranarasi. Perlu cara dan pendekatan yang khusus pula untuk melakukan kampanye di ranah online. Contohnya Facebook yang memungkinkan kita untuk meluncurkan berbagai media dalam satu kali posting, baik teks, foto, dokumen, surel, video, juga perasaan yang kita alami saat itu. Fitur-fitur ini dapat dimanfaatkan untuk membuat kontranarasi yang paling menarik dan paling informatif, misalnya dengan pantun, puisi, lagu, atau melampirkan hasil kajian dari lembaga yang terpercaya sebagai bentuk kontranarasi. WhatsApp juga memiliki fitur yang kurang lebih sama dengan Facebook. Bedanya, karena WhatsApp adalah aplikasi untuk pesan instan, perputarannya bisa jadi lebih cepat daripada Facebook. Apalagi jika kontranarasi disebarkan di grup dengan banyak anggota.

Selain fitur, target audience juga bisa ditentukan dari media sosialnya. Untuk Facebook dan WhatsApp di Indonesia, penggunanya berasal dari berbagai kalangan dan kelompok usia. Berbeda dengan Instagram dan Line yang lebih popular di kalangan anak muda. Mengenali karakter, fitur, dan popularitas di kalangan pengguna akan membuat penyebaran narasi perdamaian lebih efisien. Satu hal yang terdapat pada berbagai media sosial maupun aplikasi pesan instan, adalah penggunaan hashtag (#). Seringkali kita melihat pesan ditonjolkan dalam beberapa kata yang menarik dan mudah diingat. Tagar berperan sebagai ‘kategori’ dan seringkali dituliskan bersamaan dengan posting lain, sebagai penanda bahwa posting tersebut masih berhubungan dengan tagar tersebut sehingga memudahkan pencarian. Fungsi ini bisa ditemukan di berbagai media sosial dan terbukti efektif untuk mengampanyekan berbagai pesan, baik yang positif maupun negatif. Contoh tagar yang sempat populer adalah: #KamiTidakTakut, #PrayForLombok, atau #LawanHoax

2.    Penyusunan Narasi Moderasi Berbasis IT

Konflik dan ekstremisme kekerasan muncul di masyarakat umumnya diawali dengan hoaks atau rumor dan narasi kebencian di masyarakat. Secara sederhana, hoaks dipahami sebagai berita bohong atau tidak benar. Tersebarnya hoaks bukan hanya karena seseorang memiliki niat buruk, tapi juga karena seseorang tidak mengetahui secara jelas informasi tersebut dan tidak sempat memeriksa lebih detail sebelum menyebarkannya. Sementara itu, ujaran kebencian meliputi unsur-unsur berikut: (a) Segala bentuk komunikasi, baik langsung maupun tidak langsung; (b) Didasarkan pada kebencian atas dasar suku, agama, kepercayaan, ras, warna kulit, etnis, dan identitas lainnya; (c) Ditujukan sebagai hasutan terhadap individu atau kelompok agar terjadi diskriminasi, kekerasan, penghilangan nyawa dan konflik sosial; (d) Dilakukan melalui berbagai sarana.

a.          Pembuatan Narasi Moderasi

Setelah mengenali ujaran kebencian, langkah berikutnya adalah melawan ujaran kebencian tersebut dengan membuat narasi tandingan atau kontranarasi, dengan kata lain menciptakan narasi baru/alternatif. Kontranarasi adalah balasan tangkisan singkat, cepat, dan langsung untuk melawan ujaran kebencian. Kontranarasi digunakan sebagai instrumen untuk melawan ekspresi kebencian yang sangat nyata. Dengan demikian, ruang publik tidak dikuasai oleh ujaran kebencian saja, namun juga narasi damai yang melemahkan narasi kebencian, dalam hal ini kita sebut dengan narasi moderasi.

Narasi moderasi bertujuan untuk menghentikan hasutan kebencian dengan fokus pada tujuan yang lebih besar; menguatkan ide-ide dengan tujuan yang positif, inklusif, dan konstruktif, termasuk bagi mereka yang memproduksi ujaran dan hasutan kebencian. Strategi ini tidak melawan hasutan kebencian secara langsung, tetapi memengaruhi diskusi di masyarakat sehingga mengubah narasi yang bergulir di publik.

Menggunakan nilai dan pendekatan kebangsaan merupakan langkah kunci untuk memastikan bahwa kita tidak menggunakan kembali pola pikir kebencian dalam kontranarasi yang kita buat. Kontranarasi harus secara eksplisit menyebutkan aspek keberagaman dalam satu bangsa dan bagaimana narasi kebencian melanggar prinsip-prinsip tersebut.

b.         Publikasi Narasi Moderasi Secara Online.

Perkembangan teknologi memperbesar cakupan media saat ini. Banyak media, arus utama maupun independen, yang memiliki lebih dari satu platform media sehingga sulit mendefinisikan dan mengategorikan media dalam satu pengertian saja. Kita bisa melihat apa yang ada di TV dan koran seperti yang kita dapatkan di internet. Secara sederhana dan luas, media dapat dikategorikan menjadi: media arus utama (televisi, radio, dan koran), media berbasis internet (media sosial, website, radio dan koran online), serta media luring atau  offline (mural, poster, flyer, dan brosur). Setiap media memiliki audiensnya masing-masing dengan segmen yang berbeda pula. Dalam tahap ini pemilihan media bukan hanya mempertimbangkan media mana yang paling mudah menjangkau target tetapi juga media yang paling tepat cara untuk mendistribusikan produk narasi moderasi.

Langkah selanjutnya adalah mengujicoba narasi moderasi dan rencana aksi yang sudah dipersiapkan. Pada tahap ini, kita akan berhubungan langsung dengan narasi kebencian dan mulai melawannya. Banyak aksi yang dapat dilakukan, tergantung dengan strategi yang sudah disepakati bersama.

Langkah 1: Rencanakan Momen dan Waktu Peluncuran Narasi Moderasi

Tahap ini adalah awal untuk memperkenalkan narasi moderasi ke publik. Perlu dipastikan momen dan waktu yang tepat supaya semakin banyak audiens dan media yang tertarik dengan kontranarasi yang dibuat. Beberapa hal yang bisa dilakukan dalam langkah ini adalah: tentukan tanggal peluncuran, cari momentum yang pas, buat peluncuran yang menarik, buat supaya publik mengantisipasi peluncuran ini, buat komitmen dari awal, gunakan bahasa yang sesuai dengan audiens, dan ajak orang dengan berbagai latar belakang supaya semakin menarik perhatian dan memperluas cakupan narasi moderasi.

Langkah 2: Ajak Banyak Media untuk Terlibat

Pengikutsertaan media seharusnya sudah dilakukan sepanjang proses pembuatan narasi moderasi ini. Media adalah kendaraan yang memungkinkan kita memiliki ruang lebih untuk menyampaikan narasi moderasi dan mendistribusikannya ke berbagai audiens. Dengan demikian, jangkauan yang efisien dan lebih luas dapat terlaksana. Tentunya ada pertimbanganpertimbangan khusus dalam memilih suatu media, disesuaikan dengan tujuan dan target dari kontranarasi itu sendiri. Jangan meremehkan peran media-media kecil, seperti koran dan radio komunitas, TV lokal, majalah mahasiswa, dsb. Terkadang platform ini lebih efektif untuk mencapai target di level komunitas.

Langkah 3: Ajak Orang-Orang Berpengaruh

Orang-orang berpengaruh dapat menjangkau audiens yang lebih luas dan memengaruhi para pengikutnya untuk terlibat. Mereka bisa datang dari beragam latar belakang, politisi, akademisi, atlet,  pemusik, dsb. Mereka memiliki jumlah pengikut yang banyak sehingga memungkinkan untuk mendapat audiens banyak dalam waktu singkat. Tentu perlu diperhatikan pula orang-orang yang dapat merepresentasikan topik kontranarasi kita, misalnya mereka yang memang memiliki perhatian khusus terhadap isu yang kita bahas. Pastikan kita tidak memilih orang-orang yang justru pernah mendukung narasi kebencian.

Langkah 4: Ikutsertakan Semua Pihak yang Terlibat

Ingat bahwa dibalik narasi kebencian yang disebar, ada unsur manusia yang terlibat di dalamnya. Mengajak orang dari kedua kelompok memang menjadi tantangan tersendiri, tetapi aksi ini perlu dilakukan untuk menjangkau lebih banyak orang. Hal ini juga dapat membuka dialog dari kedua pihak. Untuk itu, selain perlu pemilihan yang sangat hati-hati, perhatikan pula tujuan dari kontranarasi ini. Pastikan konten yang disebar tidak ambigu. Pertimbangkan apakah orang lain dapat menyalahgunakan informasi yang Anda sebarkan untuk memberikan gambaran yang salah dan membahayakan orang lain. Ingat bahwa konten yang disebar, baik online maupun offline, mudah disalahpahami dan menyebabkan adanya ketersinggungan jika tidak dibahasakan dengan baik. Jangan menyebarkan hal apapun yang dapat mengganggu privasi dan keamanan orang lain. Periksa kembali jika kurang yakin.

Rujukan Pustaka

Alimi, Moh Yasir. 2018. Mediatisasi Post-Truth dan Ketahanan Nasional, Sosiologi Agama Era Digital. Yogyakarta: LKiS

George, Cherian. 2016. Hate Spin, The Manufacture of Religious Offense and Its Threat to Democracy. MIT Press.

Mubarok, Husni (ed). 2018. Agama, Kerukunan, dan Bina Damai di Indonesia. Modul Lokakarya Penyuluh Agama. Jakarta: PUSAD Paramadina.

Qardhawi, Yusuf. 2016. Islam Jalan Tengah, Menjauhi Sikap Berlebihan dalam Beragama. Bandung: Mizan

Sila, Adlin, dkk. 2019. Buku Putih Moderasi Beragama. Jakarta: PPIM UIN Jakarta.

 

Selasa, 01 April 2014

Pembinaan PAH Kota Yogyakarta 2014

Pembinaan PAH 2014 Kota Yogyakarta di Masjid Diponegoro Kompleks Balai Kota


Kepala Bidang Penais-Zawa Kanwil Kemenag DIY bersama pimpinan Kemenag Kota Yogyakarta


Jajaran Penyuluh Fungsional dan Staf Bimas Islam - khusuk mengikuti pembinaan